0

Alex Ferguson Punya Sihir?

| Thursday 12 February 2009


Siapa yang menyangka seorang pria kelahiran Govan, Glasgow, 31 Desember 1941 ini dapat memiliki karir yang semakin cemerlang di usianya yang sudah hampir menginjak kepala tujuh. Dialah Sir Alexander Chapman “Fergie” Ferguson, pelatih yang dianggap sebagai salah satu pelatih terbaik, yang berhasil memenangkan trofi lebih banyak dari pelatih manapun dalam sejarah persepakbolaan Inggris.

Berawal dari menjadi seorang striker Queen’s Park pada tahun 1957, Fergie mulai meniti karirnya di dunia persepakbolaan. Dalam usianya yang masih sangat belia itu, dari 39 laga yang dilaluinya bersama klub ini, Fergie mengantongi setidaknya 11 gol di awal penitian karirnya. Keinginannya yang dinamis membuatnya tak segan untuk berpindah ke St. Johnstone pada tahun 1960 dan melalui 37 laganya dengan raihan gol sebanyak 19. Pada tahun 1964, Fergie memantapkan hatinya menandatangani kontrak dengan Dunfermline Athletic. Pilihan yang tepat sesungguhnya. Mungkin inilah awal masa-masa pencapaian terbaiknya sebagai seorang striker. Dari 88 laga yang dilaluinya bersama Dunfermline, Fergie berhasil membobol gawang lawan sebanyak 66 kali sampai kepindahannya di Falkirk pada tahun 1969. Karirnya sebagai striker tak berhenti hanya sampai di sini. Bersama 24 laga dengan Ary United pada tahun 1973, Fergie berhasil menyumbangkan 9 gol terakhirnya sebelum dia memutuskan untuk pensiun sebagai striker pada tahun 1974.

Pensiun sebagai striker bukan akhir dari segalanya. Terbukti, masih pada tahun yang sama, Fergie mendapat tawaran sebagai pelatih East Saterlingshire. Inilah awal karirnya sebagai pelatih sepak bola. Saat masa kontraknya habis, pada tahun 1978, St. Miren segera menyodorkan surat kotrak padanya. Eksistensinya sebagai pelatih terus menanjak ketika pada tahun 1985, Fergie bergabung bersama Aberdeen. Kesuksesan itu bukan diraih tanpa titel. Di bawah kepemimpinanannya, Aberedeen berhasil memenangkan European Cup Winners Cup dengan mematahkan Real Madrid pada tahun 1982 selama tiga musim. Fergie diberikan kehormatan untuk melatih timnas Skotlandia, menggantikkan Jock Stein yang meninggal dunia, untuk 10 laga sampai saat World Cup di Mexico berakhir pada tahun 1986. 

Dengan berakhirnya kepelatihan Fergie d timnas Skotlandia, tahun 1986, angin segar membawa surat kontrak Manchester United ke hadapannya. Sesungguhnya inilah awal karir-karir cemerlang yang akan diraihnya. Sampai saat ini, Fergie menjadi pelatih Manchester United terlama setelah Sir Matt Bubsy, yaitu selama 22 tahun. Selama 22 tahun itu, banyak hal yang telah dilalui Fergie bersama The Red Devil (julukan Manchester United-pen). Salah satunya dengan meraih 10 gelarnya di Barclays Premier League (BPL), sejak formatnya diubah dari Liga Inggris yang terdahulu. Bahkan, pada musim 1999, The Red Devil berhasil meraih trebel dengan membawa pulang trofi dari Liga Utama (BPL), FA Cup, dan UEFA Champions League. Kemenangan semacam itu terulang lagi pada musim 2008, yaitu memenangi Champions League dengan mengalahkan Chelsea dan juga Liga Utama atas kemenangannya dari klub yang sama, Chelsea. Di kancah Liga Utama, dia berhasil membawa The Red Devil menikmati kemenangannya selama tiga musim berturut-turut yaitu musim 1998-1999, 1999-2000 dan 2000-2001. Raihan trofi yang dimiliki The Red Devil di bawah kepemimpinan Fergie, membuatnya menjadi pelatih pertama yang berhasil memenangkan FA Cup sebanyak lima kali. 

Kemenangan demi kemenangan diraih bersama Manchester United. Itu bukan hal yang tidak mungkin. Kebanyakan klub besar membeli pemain-pemain yang sudah handal untuk dimainkan di klubnya. Pemikiran ini berbeda dengan Fergie. Fergie lebih memilih untuk mencari dan membina pemain-pemain muda yang berbakat dibandingkan membeli pemain bagus yang sudah matang. Maka dari itu di bentuk football school untuk melatih bibit-bibit unggul untuk Manchester United. Pemain-pemain hebat arahannya seperti Sang Legendaris, Erick Canttona, David Beckam dengan tendangan mautnya, dan Cristiano Ronaldo dengan permainan lincahnya, sudah pasti diketahui kemampuannya. 

Kehebatan Fergie melatih anak-anaknya menggiring bola di lapangan hijau tak hanya diakui oleh Eropa saja. Tebukti pada Desember 2008, Manchester United berhasil memetik kemenangan di final FIFA World Cup di Jepang. Pada 2008, dia bergabung bersama Brian Clough (Nottingham Forest) dan Bob Paisley (Liverpool) sebagai pelatih Britania yang memenangkan kejuaraan Eropa sebanyak lebih dari satu kali. 

Di samping kesibukkannya pada dunia sepak bola, Fergie memiliki kegemaran lain, yaitu olahraga pacuan kuda. Bahkan, dia sudah punya catatan meraih tujuh kemenangan, dengan menjadi grup 1 bersama Rock of Gibraltar, grup pacuan kuda yang dimiliki oleh Sue Margin, istri John Magnier, salah satu pemegang saham terbesar MU. Pernah, suatu ketika, Fergie berselisih paham dengan pemilik grup pacuan kuda itu. Namun hal ini tak membuatnya berhenti mencintai olahraga berkuda ini. Fergie, bersama Gatwick, berhasil meraih kemenangan di tiga pertandingan sampai tahun 2004. Di samping itu, dia juga tertarik dengan Ed Dunlop dan bergabung dengan Highclere Thoroughbred Racing. Akhirnya, pada tahun 2005, dia berhasil menunjukan eksistensinya sebagai joki dengan meraih posisi pertamanya bersama Mark Johnston mengalahkan Grain. 

Tak hanya pacuan kuda, terkadang Fergie menghabiskan liburannya dengan bermain golf dan snooker. Ternyata, di balik keantusiasannya melatih klub-klub sepak bola, Fergi juga sangan tertarik dengan politik. Bahkan, dia sendiri pernah menulis di The Mirror pada 12 April 2005. “Ketertarikan Saya dengan dunia politik hampir sama besarnya dengan ketertarikan Saya pada dunia sepak bola. Saya tidak akan pernah lupa darimana Saya berasal atau betapa beruntungnya Saya dimana Saya bisa mengetahui betapa pentingnya politik bisa memperbaiki keadaan masyarakat di tempat di mana Saya berasal. Dan Saya ingin punya kesempatan, yaitu dengan kerja keras, sebagaimana orang pada umumnya untuk mengembangkan bakatnya.”

Saya juga tidak mau keluarga dan kerabat Saya mengalami penderitaan yang sama dengan yang terjadi akibat Tories di Skotlandia dan wilayah Barat Laut.” “Itulah kenapa Saya selalu punya, dan selalu akan, memberikan suara Saya untuk para buruh.” Kecemerlangan karir Fergie terus menanjak seiring berjalannya waktu. 

Sebagai pelatih senior, ada rahasia tersendiri baginya untuk membuat klub yang dipimpinnya selalu sukses di liga manapun. Rahasia itu bernama ilmu motivasi. Fergie selalu memberikan motivasi-motivasi ringan bagi anak-anaknya sebelum menghadapi laga. Dia juga tidak membiarkan adanya hubungan yang senjang antar anak didiknya dan membuat klub menjadi tempat yang senyaman mungkin. Bagi para pemain The Red Devil, Fergie adalah seorang Ayah bagi mereka. Ayah yang terbaik. Bahkan banyak dari mereka yang terlihat kurang bersemangat saat isu pensiun Fergie dari The Red Devil merebak di seluruh media. Akhirnya, Fergie angkat bicara bahwa dia tak akan pernah berhenti melatih Manchaster United, kecuali karena alasan kesehatan. ”Kenapa Saya harus menyerah? Saya akan terus ada untuk malakukannya dan Saya tak tahu kapan Saya berhenti (melatih), tapi Saya sungguh-sungguh menikmatinya.”

Mungkin saja ada ribuan pelatih yang memiliki kemampuan yang lebih baik dalam urusan gerakan dan teknik bermain. Namum, untuk mendapatkan pelatih yang peduli dengan keharmonisan dan keadaan mental seluruh anak didiknya, perbandingannya 1 : 1000. Itulah Fergie dengan sihirnya, motivasi.

Read More......