0

Pada Mereka Surga Menaruh Rindu

| Tuesday 31 March 2015

Jangan terlalu percaya diri saat berada di puncak dan jangan terlalu minder saat berada di bawah. 

Entahlah, tapi memang banyak orang yang terlalu percaya diri saat di puncak (hingga dapat berlaku sewenang-wenang pada orang di bawah), mengalami post power syndrom saat berada di bawah. Sebuah sindrom keminderan berupa harga diri yang terluka dan merasa bukan siapa-siapa. Krisis.

Pernahkah menemukan orang-orang yang di masa lalunya berprestasi, juara sekolah, juara olimpiade, primadona kampus, tiba-tiba menjadi orang paling mengeluh di masa tuanya? Ataukah orang-orang yang pernah berkuasa, menduduki jabatan-jabatan yang tinggi di perusahaan, menjadi bahan perbincangan yang mengagumkan di mana-mana, lalu menjadi orang yang menutup diri dan pemarah saat memasuki masa pensiunnya? Atau mungkin salah satu di antaranya adalah kita?

Kesenangan dunia hanya permainan dan senda gurau. Seperti naungan awan yang bisa pergi kapan saja. Jika dunia membuat orang tertawa sedikit, duniapun membuat orang menangis lebih banyak. Jika dunia membuat orang  gembira sehari, duniapun membuat orang bersedih seribu tahun. Jika dunia memberi kesenangan sebentar, duniapun menahan kesenangan itu dalam waktu yang lama. 
Seperti dikatakan oleh Ibnu Mas’ud ra.
"Pada setiap kegembiraan terdapat kesedihan. Tidaklah sebuah rumah dipenuhi dengan kegembiran melainkan rumah itu dipenuhi juga dengan kesedihan.

Tapi apa jadinya kalau kesedihan terjadi berlarut-larut hingga membuatnya menjadi sebuah krisis yang merusak banyak aspek kehidupan lainnya? Maka patutlah kita bertanya pada diri sendiri: "Hai, iman, apa kabarmu hari ini?"
“Sungguh menakjubkan urusan orang beriman, sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan tidaklah hal tersebut terjadi kecuali bagi orang beriman. Apabila mendapat kesenangan dia bersyukur, maka bersyukur itu baik baginya. Dan apabila ditimpa kesusahan dia bersabar maka bersabar itu baik baginya.” (H.R. Muslim)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)

Kawan mengira saya adalah orang yang penuh keberuntungan dan kesenangan, tidak punya beban dan tanggungan. Tentu saja tidak begitu. Satu-satunya yang membuat saya merasa beruntung dan segera move on adalah pesan-pesan Allah seperti di atas. Setiap orang dititipkan padanya masalah-masalah yang harus diselesaikan dengan kadar yang berbeda-beda. Hal itu membuat saya melihat orang-orang shalih/shalihah nan bijak dan berintegritas, atau orang-orang yang sukses dunia sekaligus akhirat, sambil bertanya-tanya, Apa saja yang telah ia lalui hingga membuat mereka semenakjubkan itu?

Seperti halnya pertanyaan imaji saya pada sosok Khadijah ra., wanita paling mulia nan dermawan yang begitu saya kagumi...
Mungkinkah ia hanya wanita manja yang berpangku tangan, menanti keajaiban, menanti seorang pangeran berkuda putih datang menjemputnya ke istana? Yang ada justru sebaliknya. Tentu saja kita bisa juga bertanya, mengapa ia menjadi satu-satunya istri yang semasa dirinya hidup, tidak terbesit sedikit pun Rasulullah ingin memadunya? Siapa sih wanita di dunia ini yang tidak ingin menjadi satu-satunya ratu di hati rajanya?
Hal-hal seperti itu yang membuat lintasan tanya di kepala saya, apakah yang telah engkau lalui hingga membuat dirimu semenakjubkan itu, wahai Wanita yang pada Jibril, Allah menitipkan salamNya padamu?

Mush’ab ibnu Sa’d pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW seperti berikut:
“Ya Rasulullah, manusia mana yang paling berat menanggungkan bala’ (ujian iman)?”. Jawab Nabi: “Para Nabi, kemudian yang seumpamanya. Kalau seseorang ringan (lemah) dalam din (agama)nya, maka ia diberikan cobaan sesuai dengan kadar dien-nya. Dan kalau agama seseorang kuat, maka kadar ujian iman yang Allah berlakukan terhadap dirinya berat. Senantiasa seorang hamba menerima bala’, sehingga dosanya hapus…” (H.R. al-Bukhari)

Allah SWT berfirman:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surge, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Q.S. Ali Imron: 142)

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (Munafik) dari yang baik (Mukmin)…” (Q.S. al-Baqoroh : 179).


Banyak orang bermimpi menjadi orang-orang yang harumnya terkenang sepanjang masa.
Apakah sebanyak itu pula yang siap menjalani konsekuensinya?

Kota Roma tidak dibangun dalam sehari.
Begitu juga dengan pribadi-pribadi yang agung,
pribadi-pribadi yang padanya surga menaruh rindu.

Di penghujung Maret 2015,
Tiara Deysha



Read More......
0

Menghadapi Prasangka Buruk

| Tuesday 3 March 2015

I got the point!  

Setelah beberapa kali berhadapan dengan beberapa orang yang sensitif dan mudah berprasangka buruk, akhirnya ditemukanlah penyebab sekaligus solusi untuk menghadapinya.

Ada beberapa kemungkinan umum mengapa orang mudah menjadi sensitif dan  berprasangka buruk:
1. Dia minder terhadap Anda.
2. Dia kurang dapat menangkap maksud pembicaraan Anda.
3. Belum nemu lagi hehe

Alasan pertama meminta Anda untuk merangkulnya. Orang yang minder merasa disalahkan banyak orang, merasa orang lain tidak mengerti dirinya, tidak berdaya, dan kesepian. Harga diri yang terluka membuatnya berpikir bahwa orang yang 'lebih beruntung' darinya akan berlaku sewenang-wenang dan meremehkannya. Anda akan dianggap sombong, arogan, dan keras hati tanpa sebab yang jelas. Sapalah ia terlebih dahulu, karena baginya, untuk menyapa Anda terlebih dahulu membutuhkan lebih banyak keberanian.

Alasan kedua meminta Anda untuk mengulang atau menjelaskan maksud sikap atau perkataan Anda lebih lanjut. Beberapa orang tidak langsung nyambung dengan topik pembicaraan Anda. Sebaiknya, Anda menurunkan level pembahasaan Anda agar lebih mudah dicerna. Walaupun kadang, hingga jungkir balik dan mulut berbusa pun tetaaap saja ada yang tidak mudeng sampai Anda tak tahu harus berbuat apa. :"D
Kalau sudah begitu, Anda hanya perlu menjadi pendengar yang baik dan mengiyakan pendapatnya. Kalau tidak sanggup sabar, tinggal pergi saja. Menambah pembicaraan hanya akan menambah prasangka, bisa-bisa Anda dikira mempermainkannya. How complicated! :"D

Kesalahan menangkap maksud pembicaraan ini juga sering terjadi pada orang tua lanjut yang sudah mulai kurang baik pendengaran dan penglihatannya. Ulangi sampai maksud benar-benar ditangkap dan terutama; jangan membentak. Cukup keraskan volumenya dengan penekanan yang normal, atau mendekatlah. (Remember that we shouldn’t say "Ah" to our parents - Qur’an)

***

Alasan di atas adalah alasan eksternal umum yang melibatkan orang lain dalam pembentukan prasangka. Kalau alasan internal, biasanya karena lapar, ngantuk, atau sedang tidak punya uang. :"D Alasan internal bersifat temporal dan akan hilang saat penyebabnya teratasi.

Solusi ditujukan untuk saya dan Anda sebagai pelaku. Karena kita tidak berhak menuntut orang lain untuk berubah menjadi lebih baik atau lebih bijak sesuai keinginan kita. Tapi kita bisa membawa diri untuk membuat kita dan orang lain yang berada di sekitar kita sama-sama merasa nyaman. We should be better than yesterday.

#eveninginsight
#HappinessProject

Read More......