1

Siapa Bilang Anda Tidak Berbakat?

| Sunday 14 February 2010

BAKAT KITA...

Oke. Mungkin kalo bicara bakat, kita kembali pada esensi diri kita. Kalau dari pandangan ilmiah, bakat itu bawaan, misal bakat genetik seseorang. Seseorang yang orang tuanya bermata minus, maka anaknya punya kecenderungan untuk bermata minus lebih besar ketimbang yang orang tuanya tidak bermata minus. Nahh.. si anak yg punya “bakat” minus tadi sebenernya bisa menghindar dari kelainan mata itu. Caranya, tentu dengan menghindari perilaku yg bisa menimbulkan minus, kayak baca sambil tiduran, nonton tv terlalu dekat, dll. Beda halnya kalo si anak justru melakukan sikap2 yang mendukung “bakat”nya.. Benar2 minus deh dia.. haha..

Bakat itu, kata motivator saya, disebut kecerdasan majemuk yang dikategorikan dalam beberapa aspek:

1.       Linguistik (berkaitan dengan aspek kebahasaan, jurnalistik, public speech, dll)
2.       Logika Matematik (berkaitan dengan logika, analisis, strategi, angka-angka, dll)
3.       Visual Spasial (berkaitan dengan seni, objek visual, abstraksi objek, dll)
4.       Kinestetik (berkaitan dengan fisik dan gerakan)
5.       Musikal (berkaitan dengan musik dan irama)
6.       Antarpribadi (berkaitan dengan sosialisasi, kepemimpinan, berbagi dengan orang lain)
7.       Intrapribadi (berkaitan dengan keakuratan, kehati-hatian, prediksi masalah, analisis)
8.       Naturalis (berkaitan denganalam sekitar, kehidupan, makhluk hidup)


Mungkin terlalu formal kalo mengacu dari 8 aspek di atas ya..

Ada contoh nih tentang bakat.. Hiduplah seorang anak.. anak itu terlihat biasa-biasa saja. Dia dilahirkan dalam keadaan normal, seperti anak-anak kebanyakan. Ketika awal masuk SD, si anak diajarkan membaca dan berhitung (yang pake batang bambu itu lho..). Responnya tidak jauh2 beda dengan anak seusianya. Namun, dia suka sekali melihat gambar-gambar seperti gambar hewan, pemandangan, tumbuhan, dll. Seiring dengan bertambah usia dan kemampuan memegang pensil dengan baik, dia mulai suka menggambar. Menggambar apa2 yang pernah dilihatnya. Yah.. walaupun tidak begitu bagus untuk orang dewasa, tapi, kata sebagian teman-teman seusianya, gambarnya cukup bagus. Bahkan ada temannya yang ketagihan minta digambarkan olehnya. Wah.. jadi tambah senang deh dia.. :D. Kemudian, ada suatu masa di saat dia bertemu dengan pelajaran sains. Dia mudah menyerap pelajaran itu (apalagi alasannya kalo bukan karena sajian gambar-gambar yang melimpah ruah di pelajaran itu!). Seperti kejatuhan durian runtuh, ibu si anak membelikannya ensiklopedi2 bergambar yang sangat menarik. Oke, ternyata otaknya lebih bisa menangkap hal-hal yang berhubungan dengan objek2 visual.  Artinya, di situlah bakatnya berturbulensi, visual spasial.

Hmm.. sebenarnya tanpa kita sadari, Tuhan menggiring hati kita untuk cenderung lebih menyukai apa2 yang memang sudah menjadi “bakat” kita. Bagaimana tidak? Habis, di mana-mana kita merasa tertolong, merasa nyaman, dan merasa lebih mampu, bila berhadapan dengan apa yang sudah menjadi “bakat” kita.

Sebuah keuntungan yang di dapat si anak dalam cerita tadi adalah, lingkungan di sekitarnya yang mendukung untuk menemukan bakatnya di awal masa pertumbuhannya. Namun, sayang... tidak semua orang seberuntung dia. Banyak orang yang belum bisa menemukan di mana bakatnya terdampar. Bahkan ada yang usianya sudah senja pun, belum sempat mengembangkan bakatnya. Boro-boro mengeksplor, mengetahui bakatnya saja tidak.

Jadi, untuk Anda-Anda yang membaca posting ini dan belum sempat menemukan harta terpendam Anda, segeralah cari! Anda takut tidak mempunyai bakat apapun? Oops.. jangan berprasangka buruk dulu pada diri Anda. Secara “kodrat”, Tuhan sudah menanamkan sesuatu yang “lebih” pada diri Anda. Ya, “lebih” dari orang lain. Anda pernah mendengar kata-kata “Setiap orang pasti mempunyai kelebihan” bukan? Carilah itu sampai dapat!

Nahh.. kira-kira begitu... “bakat” itu memang sudah disiapkan olehNya spesial untuk kita, pada dasarnya “bakat” itu sudah tertanam pada diri kita. Trus apa yang harus kita lakukakan dengan “bakat” itu? Hmm.. tugas kita hanya menemukannya sampai dapat dan mengasahnya sampai benar-benar tajam dan siap memotong semua rintangan kehidupan. Itulah cara kita mensyukuri pemberian  kado spesial dariNya, bakat.

Hmm.. mau dibisikan sesuatu? Ssstt.. sebenernya, dengan perlahan tapi pasti, penemuan bakat itu bisa jadi batu loncatan Anda untuk mencari tahu Siapa diri Anda lho...

Kita memang tidak bisa memindahkan lautan, tapi kita bisa menyebranginya dengan kapal, bukan? Selamat menemukan jati diri Anda! 

Read More......