Mahasiswa dan Seorang Muslimah , Review 2010

| Saturday 1 January 2011

Hari ini hari pertama tahun 2011 (so?)

Baik. Sudah beberapa bulan ini saya merasakan hal yang membuat dada saya berkecamuk.Saya hanya merasa Allah sedang mengirimkan sinyal-sinyal bahwa ada yang tidak beres, entah itu pemikiran saya, tindakan, atau hanya sekedar perasaan.  Saya tidak tau apa itu, tapi saya benar2 ingin tau apa yang sebenarnya terjadi. 

Mungkin karena saya sedikit bosan dengan rutinitas kuliah saya yang, yah.., rasanya kurang 'greget'. Atau bisa jadi karena keinginan saya untuk tetap aktif berorganisasi harus terhenti karena suatu hal. Bisa juga karena saya kurang mempersiapkan rencana B ketika TIDAK saya ditolak oleh pihak lawan. Atau alasan2 lainnya.. yang pasti semua itu terasa complicated di dalam otak saya.

Dulu, saya sadar betul akan pilihan saya, kemampuan saya, dan segala sesuatu yang terencana dengan baik beserta kemungkinan-kemungkinan yang terjadi (tentunya dengan izin Allah). Saya harus fokus pada cita2 saya. jelas. Itu sudah ada dalam mindmap saya dan terhubung satu dengan yang lainnya. Lantas?

Saya hanya bingung dengan keadaan saya sekarang. Rasanya begitu banyak pemikiran, tapi cuma beberapa yang menjadi tindakan. Owh.. sama saja omong kosongnya dengan orang-orang yang mengatasnamakan ilmu dalam kata mereka namun tidak hidup dalam hati mereka.

Mahasiswa. ya, sekarang saya mahasiswa. Tiga tahun lagi insya Allah saya lulus, empat tahun, lima tahun, dan seterusnya blablabla.. Ada banyak tuntutan sana sini yang kadang membuat saya nyaman, tapi juga kadang membuat saya bersalah.

Pernah suatu kali, saat saya naik angkot 04 dari ITC Depok menuju kampus UI.. di angkot itu saya duduk bersama seorang teman saya dan seorang ibu dengan anaknya seumuran SD. Kemudian anak itu membuang botol sisa minumannya begitu saja di dalam angkot, bahkan ibunya sendiri menyuruhnya membuangnya di situ. Saya diam. Otak saya berputar-putar. Ketika saya sudah turun dari angkot, saya baru menyesal. Kenapa saya tidak menegur ibu itu untuk mengajari anaknya membuang sampah pada tempatnya?? Sungguh, mungkin bagi yang lain itu sepele, sangat sepele, tapi bagi seorang mahasiswa? Dimulai dari mana lagi mengedukasi masyarakat tentang pentingnya suatu peraturan, untuk apa aturan itu dibuat, dan efek dari aturan yang dilanggar. Bukan dari sudut pandang hukuman tentunya, tapi dari sudut pandang manfaat bagi kehidupan mereka. Saya benar2 malu.. saya hanya diam dimana seharusnya  saya harus bertindak, bahkan untuk hal yang benar2 ada di depan mata saya. Bagaimana saya bisa mengubah suatu hal yang besar jika yang terlihat sepele saja saya belum mampu bertindak? Saya sadar betul, ada tanggung jawab negeri ini yang dipasrahkan di pundak kami, generasi pembaharu.(?)

Juni lalu, ketika saya harus memilih antara Bandung dan Depok, saya memiliki banyak alasan untuk memilih Depok. Tantangan hidup mandiri, strategi cita-cita yang tidak monoton, dan bayangan hidup yang lebih berwarna dan aktif dari Bandung serta independensi saya yang diuji karena suatu saat saya akan hadir di masyarakat tanpa menyandang embel-embel insitusi pendidikan dimana saya belajar. Saya berangkat dari nol, itu keinginan saya. Tapi kini saya merasakan surutnya 'greget' itu. Mungkin karena hanya sedikit yang saya lakukan.. rasanya benar-benar haus.. mungkin juga karena strategi saya yang sedikit kacau menghadapi masalah di tengah semester yang memang sempat membuat saya down.. Tapi itu tidak seharusnya.. harusnya saya bisa lebih kuat dan bertahan, bahkan sekalipun saya merasa ketidakadilan tidak berpihak kepada saya dan saya yakin Allah memberi hikmah dibalik semua perlakuan itu.

Atau bisa juga karena saya sedikit menjauh dariNya.. hmm.. Ah, saya benar2 malu padaNya.. saya bilang saya mencintaiNya.. tapi untuk sekedar sholat tepat waktu pun menjadi ogah-ogahan.. apalagi shalat shunnah.. sangat sangat jarang sekarang saya lakukan.. tapi Dia masih memberi banyak hikmah dan anugrah.. hhhhh.. apa yang sudah saya lakukan.. jadi merasa bahwa diri saya yang sekarang mengalami penurunan kualitas aqidah.. Astaghfirullah.. Padahal Dia setia menemani saya ketika bertubi-tubi masalah berdatangan.. Dia teman curhat saya ketika tak satu orang pun mau mendengar keluh kesah saya.. Dia adalah motivasi terbesar saya menjalani hidup, memilih, berpikir, taat kepada orang tua, orang lain, dan dasar dari mimpi dan cita-cita saya.. Cinta yang tidak mungkin bertepuk sebelah tangan.. Ah.. kemana perginya cinta itu.. Mungkin harus membuka mushaf lagi dan lebih memahami arti dari surat-surat cintaNya, firmanNya..

Saya hidup, punya tanggung jawab dengan apa yang ada di sekitar saya. Namun, kelak saya akan mati dan pasti ada saat perjumpaan dengan Tuhan saya. Saya mahasiswa, manusia, yang memiliki cita-cita yang terus ingin saya gapai. Kedamaian, prestasi, ilmu, dan kepuasan adalah beberapa hal yang ingin saya dapat di dunia. Ada banyak hal yang sudah saya rancang untuk mencapainya.

Namun, saya umat beragama. Islam adalah pilihan hidup saya sekaligus mati saya. Seperti cita-cita saya yang harus saya perjuangkan dengan konsisten dan konsekuensi tinggi, saya bertanggung jawab juga dengan pilihan saya. Saya muslimah dan ada banyak hal harus dilakukan secara konsisten dan konsekuen atas pilihan itu. Kelak saya akan menikah, ketika tanggung jawab dari Ayah saya berpindah kepada suami saya dan ketaatan saya menjadi milik suami saya. Ah, Ayah.. kau pasti ingin cepat-cepat melihat anak gadisnya menikah dengan laki-laki yang bisa menggantikanmu di usiamu saat ini.. pasti ada rasa bangga di hatimu ketika kau berhasil manjaga anak gadismu sampai tiba waktunya. Rasa bangga itu, tanggung jawabmu di hadapan Rabbmu..

Lalu, salahkan jika saya sudah memikirkan kehidupan pernikahan itu? Seperti saya memikirkan cita-cita saya? Memikirkan cinta dan ketaatan yang akan saya berikan sepenuh hati untuk pemilik tulang rusak saya? Entah kapan dan untuk siapa cinta itu diberikan.. Yang pasti saya akan konsekuen atas pilihan saya kelak. Tentu bukan hal yang mudah untuk bisa mensinergikan cita-cita dan kehidupan rohani saya.. Namun, saya yakin saya mampu. Saya akan mampu mengejar cita-cita saya juga menjadi seteguh dan sekuat ibu saya serta menjaga izzah saya seperti pesan ayah saya.. dengan izinNya, saya akan dapat melakukannya :)

0 comments:

Post a Comment

Kasih komentar dong ^^