Kamar berkonsep Natural |
Seandainya kita hidup di era 50
tahun yang lalu, kita masih bisa menikmati bentang-bentang alam di sekitar
kita. Kita dapat bermain layang-layang, mengejar kupu-kupu, memancing di danau,
atau bahkan berlarian di jalan-jalan tanpa harus takut tertabrak kendaraan.
Namun, seiring bertumbuhnya teknologi yang memanjakan manusia dengan sedikitnya
pergerakan dan memaksimalkan aktivitas, mulai terbentuklah ruang-ruang dalam.
Hingga sampai saat ini, aktivitas di dalam ruangan mencapai 80% dan sisanya
adalah aktivitas di luar ruangan.1
Memang, aktivitas dalam ruangan
lebih menyediakan akses yang mudah dan aman. Namun, di balik teknologi yang
memanjakan interaksi kita di dalam ruangan itu, terdapat semacam “bom waktu”
berupa tekanan psikologis bagi kita seperti building
sickness atau suatu gejala yang berpengaruh secara fisik maupun mental kita atas respon ketidaknyamanan
terlalu lama berada di dalam ruangan.2 Mengapa dapat terjadi building sickness?
Manusia, seberapapun
berkembangnya teknologi yang memanjakannya, tetaplah makhluk yang sejatinya
diciptakan untuk hidup berbaur dengan alam. Itulah mengapa, ketika kita
berlibur ke pegunungan, pantai, atau lansekap alam yang lainnya, kita merasakan
kedamaian tersendiri.
Salah satu efek yang tidak
menyenangkan dari building sickness adalah
dapat terjadinya perubahan pada pola pikir kita. Kita bisa saja menjadi malas,
tidak disiplin, kurang percaya diri, bahkan menjadi tidak jujur, hanya karena kesalahan desain suatu ruangan.
Pernah membayangkan seseorang yang terpenjara dalam ruang tertutup yang kumuh
dan lembab bertahun-tahun lamanya? Seperti itu lah efek ekstrim dari rancangan suatu
ruang. Efek yang sama ketika kita salah memilih genre film yang kita tonton untuk waktu yang lama, perlahan dan
tidak disadari. Rancangan ruang dalam ibarat pisau, dia bisa digunakan untuk
memotong buah, tetapi dia juga bisa dijadikan alat untuk membunuh.
Dibalik efek negatif suatu
perancangan ruang dalam, selalu ada potensi positif darinya yang dapat
dimanfaatkan. Seorang perancang ruang dalam bisa saja membuat penghuni
rancangannya menjadi semangat beraktivitas, produktif, percaya diri dan menjadi
lebih bahagia berangkat dari rancangannya. Dengan menempatkan furniture yang nyaman dan program ruang
yang baik, seorang perancang ruang dalam dapat memberikan solusi positif bagi
permasalahan kliennya.
Disinilah seorang perancang
bangunan dan ruangan diuji idealismenya. Di satu pihak, dia harus mengutamakan kebaikan
penghuni rancangannya. Tidak sekedar indah, tetapi nyaman dan memberi solusi
positif di dalamnya. Di sisi lain, banyak peluang bisnis properti dan furniture yang menggoda dengan keutungan
materi dan ketenaran. Saya pribadi tetap berkeyakinan bahwa ketika seorang
perancang ruang dalam dapat mempertahankan idealismenya dan bertanggung jawab
atas rancangannya, semuanya itu (keuntungan materi dan ketenaran) pada akhirnya
akan menghampirinya tanpa perlu diminta.
Sumber Referensi:
1 Pile, John F.. 1995.
Interior Design. New Tork: Hary N
Abrams Inc.
2 US Environmental
Protection Agency research
0 comments:
Post a Comment
Kasih komentar dong ^^